Rumah Sakit Prince Nayef Bin Abdul Aziz Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Diresmikan

Hari Rabu, 08 Mei 2012 adalah sejarah bagi Aceh Human Health Foundation (AHHF) setelah Proyek Pembangunan Rumah Sakit yang didanai sepenuhnya oleh The Saudi Charity Campaign (TSCC) diresmikan. Bangunan yang terletak di Kampus Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh tersebut adalah sebuah paket proyek dengan anggaran sebesar $ 1,815,000. Termasuk juga dua klinik yang masing-masing ada di Kecamatan Lhoong dan Leupung, Kabupaten Aceh Besar.

Rumah Sakit Prince Nayet bin Abdul Aziz ini memiliki fasilitas kesehatan yang lengkap yang terdiri dari ruang Unit Gawat Darurat (UGD), VICU, NICU, ruang operasi, ruang bersalin, ruang Intensive Care Unit (ICU), serta ruang pelayanan gizi dan kualitas anak. Dengan jumlah 48 ruang rawat inap yang terdiri dari VVIP, VIP, dan kelas ekonomi maka Rumah Sakit ini diharapkan bisa memberi pelayanan kesehatan yang baik bagi masyarakat yang berdomisili di Kota Banda Aceh.

Acara Soft Opening Rumah Sakit Prince Nayef Bin Abdul Aziz ini dilakukan oleh Presiden Islamic Development Bank (IDB), DR Ahmad Mohammed Ali. IDB menjadi implementator dari semua proyek yang didanai oleh The Saudi Charity Campaign (TSCC) di Propinsi Aceh paska terjadinya bencana gempa dan tsunami pada 26 Desember 2004 silam.

Akhirnya, kami dari pihak Aceh Human Health Foundation (AHHF) sebagai pihak yang menjadi penanggung jawab operasional dan manajemen Rumah Sakit ini bersama Fakultas Kedokteran UNSYIAH mengucapkan rasa terimakasih atas kerjasama yang terjalin selama ini dengan pihak Donor yakni The Saudi Charity Campaign (TSCC), dan penyelenggara proyek yaitu Islamic Development Bank (IDB). Semoga rumah sakit ini akan mampu memberi pelayanan yang baik bagi seluruh orang Aceh.

Terimakasih atas dukungan semua pihak yang telah membantu suskesnya acara soft opening Rumah Sakit Nayef Bin Abdul Aziz tersebut.

Salam perjuangan,

Bahagia Arbi (Program Coordinator).

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Kerangka Acuan (Term of Reference) Seminar Nasional: Perspektif Seks Dalam Kehidupan dan Pencapaian Kerja

Ilustrasi/Mariska Lubis: Brosur SeminarKerangka Acuan (Term of Reference) Seminar Nasional

PERSPEKTIF SEKS DALAM KEHIDUPAN DAN PENCAPAIAN KINERJA

(SMART Sex, SMART Leader. SMART: Sex Methodelogy and Art)

Banda Aceh, Minggu, 31 Oktober 2010

AAC Dayan Dawoed- KAMPUS UNSYIAH

Diselenggarakan Oleh Aceh Human Health Foundation (AHHF)

A. Latar Belakang

Sekarang ini sedang diributkan masalah tentang perilaku seksual bebas yang banyak dilakukan oleh generasi muda. Begitu juga masalah keperawanan dan kehamilan di luar nikah serta masalah HIV dan Aids yang semakin meningkat jumlahnya. Sebagian menolak hasil survey ini dengan alasan masyarakat di negara kita ini bermoral, bermartabat, dan juga taat beragama dan beribadah. Ini menjadi sangat menarik karena dari sini kita bisa melihat bagaimana sebenarnya keadaan psikologis serta kepribadian seseorang dan masyarakat yang sesungguhnya.

Seks dan Pemimpin

Ada apa dengan masalah seks para pemimpin?! Kenapa sampai tidak bisa memimpin?! Apa karena memang tidak memiliki sifat kepemimpinan?! Apa jangan-jangan-jangan punya masalah dengan seks sampai tidak bisa memiliki sifat kepemimpinan itu?! Yang paling parah lagi kalau pola pikir dan cara pandang tentang seksnya masih ngawur!!! Bayangkan kalau punya pemimpin yang pikirannya sempit dan melihat seks hanya sebatas seonggok daging di belahan paha saja?! Waduh ngeri banget, deh!!!

Mudah untuk bicara namun tidak semudah itu untuk bisa melakukannya dengan benar. Segala sesuatunya adalah proses dan proses jauh lebih berharga dibandingkan dengan hasilnya. Seorang pemimpin harus bisa berpikir dengan benar. Berpikir ke depan dan maju ke depan. Masa depan bukanlah hanya kerja sesaat.

Menurut kami, negara kita ini sudah dalam keadaan yang sangat mengkhawatirkan. Kekhawatiran kami, bukan dalam soal ekonomi, politik, sosial, ataupun segala bentuknya. Bukan juga masalah moral, etika, agama, ataupun harga diri. Namun yang paling kami khwatirkan adalah soal cara berpikir dan cara pandangnya. Berpikir sempit dan memandang sebelah mata atau hanya dengan menggunakan kaca mata kudalah yang merusak dan menjadikan keadaan kita seperti sekarang ini.

Bagaimana seharusnya menjadi seorang pemimpin?!

Hanya mereka yang mempesona bisa menjadi pribadi yang menyebarkan pesona. Memberikan banyak manfaat bagi yang lain. Menjadikan kehidupan ini menjadi lebih indah. Mewujudkan segala impian bersama, meskipun harus melewati proses dan perjalanan yang panjang serta tidak mudah. Menelorkan telor-telor baru dan membuat kupu-kupu menjadi lebih banyak lagi.”

Berpikir dengan benar dapat menjadikan kita semua bertindak dengan benar. Memiliki pandangan tentang seks dan memikirkannya dengan benar serta melakukannya dengan benar akan membuat sesearang mampu untuk berpikir dengan benar. Memperkuat kepribadiannya dan juga membantu untuk bisa menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi. Membuat setiap manusia bisa menjadi seorang pemimpin yang baik dan juga mampu untuk memberikan banyak manfaat bagi semuanya dengan lebih baik dan maksimal.

B.  Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk membuka pikiran dan menambah wawasan peserta tentang cara pandang seks yang selama ini sempit dan terkesan tabu. Seminar ini akan mengajarkan kepada peserta bagaimana memandang hal yang dianggap tabu menjadi sesuatu yang positif demi mewujudkan pola kepemimpinan yang baik dan meningkatkan etos kerja demi terlaksananya progaram-program yang memihak semua lapisan masyarakat.

2. Tujuan Khusus

1.)    Para Peserta memahami sepenuhnya bahwa seks dapat mengispirasi banyak hal dalam menerapkan tata pemerintahan bagi seluruh rakyat jika sekarang atau nanti mereka menjadi seorang Pemimpin.

2.)    Para peserta diharapkan bisa mendapatkan wawasan baru yang lebih sesuai dengan arah pemikirannya selama ini mengenai hidup dan seks.

3.)    Para peserta dapat mengerti Seks sebagai sebuah anugerah yang besar dari Sang Pencipta bila dipahami dengan penuh hati.

4.)    Para peserta menyadari sepenuhnya bahwa seks bukanlah sesuatu yang tabu dan selalu pantas dibicarakan kapanpun. Seks bisa memberi solusi bagi permasalahan bangsa ini.

5.)    Adanya perubahan medasar mengenai tingkah laku secara psikologis dan dapat memandang sisi positif dari seks itu sendiri.

C. Waktu dan Lokasi

Hari/Tgl           : Minggu, 31 Oktober 2010

Tempat:           : Gedung AAC Dayan Dawoed Kampus Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh.

D. Teknik Pelaksanaan

Pembicara:

Mariska Lubis, S.E., M.Int.S

(Blogger penulis seks terpopuler di Indonesia, Kolumnis untuk Tribun News & More Magezine. Penulis di berbagai Media Nasional dan International, Penulis Buku “Wahai Pemimpin Bangsa!!! Belajar Dari Seks, Dong!!!” Konsultan Sex and Relationship in Men’s Health Magezine, Konsultan DUREX Indonesia, Pembicara Mingguan di Cosmopolitan FM, Jakarta)

Target Peserta:

Target peserta yang diharapkan dalam Seminar ini adalah berasal dari :

  1. Pejabat di Lingkungan Pemda Aceh/Pemkab/Pemkot.
  2. Akademisi, Guru, Politisi, Mahasiswa.
  3. Aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
  4. Peserta umum lainnya.

Pembahasan Seminarnya meliputi;

  • Seks dalam berbagai perspektif dan dimensi pemikiran
  • Implikasi Seks terhadap pola/gaya kepemimpinan
  • Lifecycle: Seks, Leadership, dan kinerja

Setiap peserta akan mendapatkan:

  • Seminar kits (Tas, Pulpen, Block Notes)
  • Materi Seminar
  • Sertifikat
  • Doorprize diakhir Acara
  • 1 (satu) buku karya Mariska Lubis. (Penerbit Grasindo – Grup Gramedia)

“Wahai Pemimpin Bangsa!!!, Belajar dari Seks dong!!”

  1. E. Penutup

Demikian ToR kegiatan ini kami susun untuk memberi penjelasan tentang Acara ini.

Pentingnya Pelatihan Penanggulangan Kedaruratan Pada Proses Persalinan

Berdasarkan Survey kependudukan tahun 2007 menempatkan Indonesia pada urutan teratas dalam tingkat kematian Ibu dan Anak. Walaupun sudah banyak diupayakan penekanan terhadap itu masih saja kita belum mampu melakukan perubahan berarti. Masih banyak ibu hamil di daerah-daerah terpencil di Indonesia yang belum terbebas dari ancaaman kematian bagi dirinya sendiri dan bayi mereka.

Keadaan di Aceh

Tingkat kematian Ibu dan Anak di Aceh masih sangat memperihatinkan. Dalam artikel Harian Serambi Indonesia Edisi Minggu, 26 September 2010 disebutkan bahwa Sepanjang tahun 2009 saja, jumlah bayi yang meninggal mencapai 133 orang dengan berbagai penyebab kematian di Kabupaten Aceh Tengah per tahunnya.  Kasus ini juga terjadi di Kabupaten lainnya di Aceh meskipun tidak ada angka pasti untuk ini. Namun, kekhawatiran akan tingginya angka kematian Ibu dan Anak di Propinsi Paling Barat Pulau Sumatra ini  hanya bisa dihilangkan bila Program Pelatihan Penanggulangan Kedaruratan Proses Persalinan (PKPP) ini diselenggarakan lagi.

Program tersebut Sejalan dengan komitmen pemerintah Indonesia dalam menunjang upaya pencapaian Millenium Development Goals (MDG’s) no 4 dan 5 didalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi adalah pencapaian angka kematian ibu menjadi 112/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi menjadi 20/1000 kelahiran hidup. Dan salah satu upaya yang mungkin telah dan harus kita lakukan lagi adalah pelatihan penanganan kegawat daruratan maternal dan neonatal untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan khusus   dalam menangani kasus kegawatan maternal dan neonatal sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Kementrian Kesehataan republik Indonesia.

Pelatihan jenis itu sangat membantu para aktor yang terlibat langsung dalam proses penanganan kelahiran seperti Bidan Desa/Puskesmas, Bidan Rumah Sakit, dan Para Perawat untuk menghindari terjadinya kematian terhadap Ibu dan Bayi. Para petugas kesehatan tersebut yang bekerja di ruang persalinan Rumah Sakit, Puskesmas, dan Klinik Kebidanan sangat membutuhkan pelatihan semacam ini agar kualitas penanganan proses kelahiran menjadi baik.

Oleh karena itu, dalam waktu dekat Lembaga Aceh Human Health Foundation (AHHF) akan segera merancang Program pelatihan ini untuk semua Bidan Desa dan Perawat Puskesmas yang bekerja di semua Puskesmas Pembantu (Pustu), PUSKESMAS Kecamtan, dan Rumah Sakit Kabupaten yang ada di seluruh Propinsi Aceh. [Bahagia Arbi]

Jaminan Kesehatan Aceh (JKA); Ujicoba Program Senilai Rp. 241 Milyar!

KESAL, gemes, dan muak  bercampur satu bila mana membaca Koran yang memberitakan semua ketidakpuasan atas implementasi Program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) itu. Sebuah program yang menurut Kepala Pemerintah Aceh; Irwandi Yusuf, adalah program unggulan dan sangat memihak rakyat Aceh itu ternyata tak sesuai harapan sama sekali. Hingga hari ini belum ada tanda-tanda kesuksesan dari mata orang seperti saya yang sudah mengenal program ini saat mendampingi beberapa Konsultan asing yang bekerja untuk isu ini sejak dua tahun yang lalu.

Saya membantah keras opini Dr. Mohammad Andalas, Sp.OG di Harian Serambi Indonesia pada Tanggal 2 Agustus 2010. Saya paham mengapa beliau yang kini menjabat Wakil Direktur bidang Pendidikan dan Pelatihan di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA) milik Pemeritah Aceh itu berpendapat demikian. Wajar bila beliau membuat pembelaan yang bernada politis seperti itu bagi mengamankan jabatannya dan juga sebagai upaya meraih posisi yang lebih tinggi di masa yang akan datang. Tapi, untuk apa membuat kebohongan publik dengan opini yang menyesatkan itu? Dana Rp. 241 Milyar yang harus dihabiskan selama 6 (enam) bulan itu bukanlah untuk coba-coba saja karena itu bagian dari anggaran pembangunan dan belanja daerah Aceh. Sekali lagi saya katakan bahwa opini seorang staf pengajar pada Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala ini salah kaprah.

Satu bulan lamanya sebelum program JKA ini disahkan oleh Lembaga Legislatif Aceh saya dan dua kolega saya yaitu Muktaruddin MH (Direktur AHHF) dan Muhammad Hafid (Kordinator Medis Komite Peralihan Aceh) berkali-kali mengingatkan Komisi- F DPR Aceh tentang kelemahan-kelemahan yang masih harus diperbaiki sebelum JKA digulirkan pada Tanggal 1 Juni 2010. Namun, para Bapak-Bapak yang senang dilabeli terhormat itu hanya mendengar tanpa pernah memanggil pihak Pemerintah Aceh yang diwakili oleh Dinas Kesehatan sebagai salah satu anggota Satuan Kerja Pemerintah Aceh (SKPA) tersebut. Dan malah pada pagi harinya masih pada tanggal yang sama jam 09:00 WIB saya mempertanyakan langsung atas pengesahan ini kepada Ketua Komisi- F DPRA yang juga Sekretaris Fraksi Partai Demokrat; Yunus Ilyas. Beliau hanya mengatakan bahwa program ini hanya enam bulan saja sebagai uji coba!

Aneh. Sangat lucu. Uang rakyat sebanyak itu hanya untuk coba-coba saja. Saya tidak menuduh bahwa telah terjadi sebuah negosiasi politik yang panjang antara Pihak Eksekutif dan Legislatif sebelum Program JKA disahkan. Saya tidak tahu bagaimana dan apa persisnya hasil negosiasi itu. Biarlah mereka yang tahu. Namun, saya sudah sampaikan kepada orang-orang yang bertanggung jawab atas Pengesahan Program ini bahwa saya dan Lembaga tempat saya bernaung tidak akan tinggal diam jika koran di Aceh kembali memuat berita-berita tentang kejanggalan implementasi program yang cacat ini.

Bagaimana saya harus katakan Program ini hebat jika sosialiasinya saja belum sampai ke semua lapisan masyarakat Aceh. Bahkan, masih ada para dokter yang bertugas di Puskesmas belum tahu persis bagaimana Juknis Program ini? Belum lagi jika saya menyinggung proses penunjukan langsung pelaksana Program ini yaitu PT.ASKES yang menurut saya terlalu buru-buru dan asal pilih saja.

Sungguh malang nasib rakyat Aceh di tangan kalian wahai Irwandi dan Nazar. Dana sebesar itu hanya kalian gunakan sebagai alat uji coba saja. Dan jika kalian terpilih kembali memimpin Aceh itu artinya semua masyarakat Aceh layak masuk rumah sakit jiwa.

Salam,

Bahagia Arbi